Jumat, 05 April 2013

Sepenggal Kisah Seorang Siswi PALESTINA

Ini adalah kisah tentang seorang siswi di sebuah sekolah putri di Palestina. Hari itu dewan sekolah berkumpul seperti biasanya. Di antara keputusan dan rekomendasi yang dikeluarkan dewan dalam pertemuan ini adalah pemeriksaan mendadak bagi siswi di dalam aula. Pemeriksaan dilakukan terhadap segala hal yang dilarang masuk di lingkungan sekolah seperti hand phone berkamera, foto-foto, gambar-gambar dan surat-surat cinta serta yang lainnya.

Keamanan saat itu nampak normal dan stabil, kondisinya sangat tenang. Para siswi menerima perintah ini dengan senang hati. Mulailah tim pemeriksa menjelajah semua ruangan dan aula dengan penuh percaya diri. Keluar dari satu ruangan masuk ke ruangan lainnya. Membuka tas-tas para siswi di depan mereka. Semua tas kosong kecuali berisi buku-buku, pena dan peralatan kebutuhan kuliah lainnya. Hingga akhirnya pemeriksaan selesai di seluruh ruangan kecuali satu ruangan. Di situlah bermula kejadian.

Saat itu di pojok ruangan ada seorang siswi yang tengah duduk. Dia memandang kepada tim pemeriksa dengan pandangan terpecah dan mata nanar, sedang tangannya memegang erat tasnya. Pandangannya semakin tajam setiap giliran pemeriksaan semakin dekat pada dirinya.

Beberapa saat kemudian tim pemeriksa sampai pada siswi tersebut hendak melakukan pemeriksaan. Tapi sang siswi tersebut justru semakin erat memegang tasnya. Seakan dia mengatakan, tolong jangan buka tas saya, pak.

Silahkan kau buka tasnya anakku, kata seorang guru anggota tim pemeriksa. Siswi itu tidak bergeming. Dilihatnya wanita yang ada di depannya dalam diam sambil mendekap tas ke dadanya. Barikan tasmu, wahai anakku, kata pemeriksa itu dengan lembut. Namun tiba-tiba dia berteriak keras: JANGAAAN. Teriakan itu memancing para pemeriksa lainnya dan merekapun berkumpul di sekitar siswi tersebut.

Saat itu sedang terjadi adegan perebutan tas yang masih tetap berada dalam blockade pemiliknya. Semua siswi dalam ruangan itu terhenyak dan semua mata terbelalak. Seorang dosen wanita berdiri sembari tangannya diletakan di mulutnya. Ruangan tiba-tiba sunyi. Semua terdiam.


Setelah dilakukan musyawarah akhirnya tim pemeriksa sepakat untuk membawa sang siswi dan tasnya ke kantor, guna melanjutkan pemeriksaan yang barang kali membutuhkan waktu lama …

Air mata sang Siswi bercucuran deras kala dirinya dibawa ke sebuah kantor. Matanya yang sayu memandang lemah ke arah semua yang hadir di ruangan itu, seolah takut karena mereka akan mengungkap rahasia dirinya di hadapan orang banyak, rahasia yang sekian lama dijalaninya.

Ketua tim pemeriksa memerintahkannya duduk dan menenangkan situasi. Tiba tiba apa yang ditakutkannya pun terjadi saat sang kepala sekolah tiba-tiba bertanya kepadanya "apa yang kau sembunyikan di dalam tas wahai anakku …?

Saat-saat yang tak diinginkannya itu pun terjadi, dengan teramat berat dia membuka tasnya. Tahukah pembaca apakah gerangan yang ada di dalamnya??? Bukan. Bukan. Tidak ada sesuatu pun yang dilarang ada di dalam tasnya, pembaca. Tidak ada. Tidak ada benda-benda haram, hand phone berkamera, gambar dan foto-foto atau surat cinta. Demi Allah, tidak ada apa-apa di dalamnya kecuali sisa makanan (roti). Ya, itulah sesuatu yang ada di dalam tasnya, sesuatu yang ia sembunyikan.

Diiringi tetes demi tetes air matanya yang dari tadi ia pertahankan, keluarlah baris demi baris kalimat dari mulutnya.

“Maafkan saya bu, ini adalah sisa-sisa roti makan pagi para siswi, yang masih tersisa separoh atau seperempatnya di dalam bungkusnya. Kemudian saya kumpulkan dan saya makan sebagiannya. Sisanya saya bawa pulang untuk keluarga saya di rumah untuk ibu dan saudara-saudara saya di rumah. Agar mereka memiliki sesuatu yang bisa disantap untuk makan siang dan makan malam. Kami adalah keluarga miskin, tidak memiliki apa-apa. Kami bukan siapa-siapa dan memang tidak ada yang bertanya tentang kami. Oleh sebab itu saya bersikukuh untuk tidak membuka tas tadi, agar saya tidak malu di hadapan teman-teman di ruangan tadi. sekali lagi maafkan saya”. Sambil menarik napas panjang, sesekali terdengar isak tangisnya, tangis yang tak seorangpun dapat memahami artinya.

Tiba-tiba suasana menjadi hening. Semua mata yang menyaksikan dan mendengar peristiwa itu mencucurkan air mata sebagai tanda penyesalan atas perlakukan buruk pada siswi tersebut.

----------Selesai------------

Diatas adalah satu dari sekian banyak peristiwa kemanusiaan yang memilukan di Palestina. Dan sangat mungkin juga terjadi di sekitar kehidupan kita. Kita tidak tahu, barang kali selama ini kita tidak peduli dengan mereka. Doa dan uluran tangan kita, setidaknya bisa sedikit meringankan penderitaan mereka. Khususnya saudara-saudara kita di Palestina yang hingga kini terus dilanda tragedi kemanusiaan akibat penjajahan Zionis Israel.
Sumber :  http://situs-lakalaka.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar