nationalgeographic.com
|
Kalau bukan karena kedengkian saudara-saudara Nabi Yusuf kepadanya, pasti beliau akan selalu berada di bawah dekapan manja ayahnya Nabi Ya’qub.
Tapi berkat kesabaran beliau atas perlakuan saudara-saudaranya, Nabi Yusuf menjadi pahlawan bagi bangsa Mesir. Mampu mengeluarkan mereka dari bencana paceklik yang menahun. Beliau juga sampai ke singgasana kekuasaan menjadi penguasa Mesir.
Jangan merasa rendah diri bila terlanjur berbuat salah. Kalau bukan ketidak sengajaan membunuh seorang Qibthi, Nabi Musa tidak akan lari ke negeri Madyan dan tidak akan mempersunting putri Nabi Syu’aib. Beliau juga tidak akan sampai ke bukit Tursina untuk menerima wahyu langsung dari Allah. Beliau akan selalu menjadi anak angkat dari manusia paling durjana sepanjang sejarah kemanusiaan.
Boleh jadi terlanjur berbuat salah merupakan cara Allah menghindarkan kita dari kejahatan yang lebih besar dan melejitkan potensi yang tersimpan. Yang penting jangan berketerusan dalam salah. Segera sadar, perbaiki diri.
Kalau bukan karena tekanan kafir Quraisy, Rasulullah tidak akan hijrah ke Madinah dan tidak akan kembali ke Makkah untuk menghancurkan 360 berhala yang berada di Ka’bah. Manusia juga tidak akan mengenal peradaban Islam Madani yang menjadi percontohan peradaban terbaik sepanjang umur dunia.
Kalau bukan karena kesusahan, penderitaan, tekanan hidup, kesempitan dan semacamnya, tidak akan ada orang yang bergelar pahlawan, tidak akan ada yang disebut sebagai orang besar, dan orang hebat. Begitu juga tidak akan ada surga dan segala kenikmatannya.
Sumber: fimadani.com
Butuh perjalanan hidup yang panjang untuk menjadi bijak
BalasHapus