Danau Sentani di Jayapura, Papua.
Staf peneliti dari Balai Arkeologi Jayapura, Hari Suroto mengatakan
Kerusakan lingkungan di kawasan Danau Sentani menyebabkan permukaan
danau meluap dan telah menenggelamkan peninggalan budaya megalitik
berupa menhir di Pulau Asei, Kabupaten Jayapura, Papua.
"Tinggalan
budaya megalitik berupa menhir di Pulau Asei Didtrik Sentani secara
astronomis terletak pada koordinat 020 36’ 13,4" LS dan 1400 34’ 43,3"
BT," katanya Hari Suroto di Jayapura, Minggu.
Ia menjelaskan
keunikan dari menhir tersebut adalah terdapat ukiran dasar Sentani
bermotif lingkaran yang berpusat pada sebuah titik. Motif ukiran itu
disebut "fouw". "Dan pusat lingkaran melambangkan ondofolo yaitu
pemimpin yang memegang kendali pemerintah adat," katanya.
Selain
itu, terdapat lingkaran-lingkaran yang melambangkan strata sosial
masyarakat Sentani (kotelo, akona dan yobu yoholom). "Pada intinya, fouw
menjelaskan bahwa setiap kegiatan dan keputusan adat diatur oleh
ondofolo dan dilaksanakan oleh semua lapisan masyarakat," katanya.
Hari
Suroto menegaskan bahwa menhir di Pulau Asei merupakan cagar budaya
yang perlu dilindungi dan dilestarikan, "Yang mana pelestarian menjadi
tanggung jawab bersama baik masyarakat dan pihak terkait," kaanya.
"Pelestarian
lingkungan dan cagar budaya saling berkaitan, langkah konkrit yang
harus dilakukan bersama yaitu normalisasi ketinggian air Danau Sentani,
revitalisasi dan rehabilitasi lingkungan danau," tambahnya.
Terkait
meluapnya Danau Sentani, Bupati Kabupaten Jayapura Mathius Awoitauw,
SE.M.Si mengatakan perlu kajian ilmiah untuk memastikan naiknya air
danau yang telah terjadi hampir dua pekan itu.
"Memang sudah
dilakukan survei dan hasilnya nanti dipresentasikan di tingkat Provinsi
Papua agar gaungnya lebih besar," tandasnya.
Tingginya air pasang
yang berlangsung lama, membutuhkan kajian ilmiah untuk memastikan
peristiwa itu. "Hasil survei pengamat lingkungan soal pergeseran lempeng
harus diuji kembali," ujarnya.
Sumber : http://oase.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar