Bangsa Eropa selama ini dipercaya sebagai pendatang pertama di
Australia pada akhir tahun 1700-an selain suku aslinya, Aborigin. Namun,
studi genetik menunjukkan bahwa pendatang Australia pertama ialah
India.
Peneliti dari Max Planck Institute for Evolutionary
Anthropology di Leipzig, Jerman, menguraikan hal tersebut dalam
publikasinya di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences yang terbit Senin (14/1/2013).
Tim
peneliti menganalisis variasi genetik dari genom orang Aborigin di
Australia dan Papua Niugini, Asia Tenggara dan India. Data genetik dari
India termasuk data genetik milik populasi yang berbahasa Dravida di
wilayah selatan.
Peneliti melihat bagian genetik tertentu yang
disebut penanda genetik. Penanda genetik merupakan kode genetik tertentu
yang bisa menjadi petunjuk kekerabatan dan geografis di mana individu
atau kelompok berasal.
"Pandangan saat ini, sebelum kedatangan
Eropa pada akhir abad 18, hanya ada sedikit kontak, bila ada, antara
Australia dan bagian dunia lain. Namun, data genetik mengungkap tanda
aliran gen signifikan 4.230 tahun lalu atau 141 generasi sebelumnya,"
urai tim mengungkapkan hasilnya.
"Jauh sebelum Eropa menduduki
Australia, manusia telah bermigrasi dari India ke Australia dan
mengalami pencampuran dengan suku Aborigin Australia," ungkap tim
peneliti seperti dikutip AFP, Selasa (15/1/2013).
Hasil
studi genetik tersebut juga didukung dengan hasil riset antropologi dan
arkeologi. Pada periode yang sama, studi arkeologi menunjukkan
perubahan besar pada cara pemrosesan tumbuhan dan alat batu.
Fosil
dingo (jenis anjing liar) tertua juga berasal dari masa tersebut.
Meskipun dingo dalam studi genetik berasal dari Asia, secara morfologi,
dingo lebih mirip dengan anjing liar atau serigala India.
"Fakta
bahwa kami mendeteksi aliran gen secara substansial dari India ke
Australia pada masa ini menunjukkan bahwa semua perubahan di Australia
terkait dengan migrasi itu," kata Irina Pugach, pimpinan tim peneliti.
Data
genetik tidak dapat menunjukkan rute migrasi orang India ke Australia.
Namun, peneliti yakin bahwa sejak terpisah dari Papua Niugini puluhan
ribu tahun lalu, Australia tidak terisolasi selama yang dibayangkan.
Sumber : http://sains.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar